Kisah Perjuangan Seorang Tunawicara dia lah Ibu Hartati

Demi menghidupi keluarganya, keterbatasan yang dimiliki oleh Bu Hartati tidak menjadi penghalang untuknya terus berjuang agar bisa membiayai dan menghidupi seorang anaknya, meski dengan penghasilan 20.000,00 per hari hartati rela menjadi pengutip berondolan sawit lebih dari 50 kg setiap harinya.

Suaminya meninggal dunia empat tahun yang lalu akibat komplikasi dari penyakit gula dan paru, semenjak suaminya meninggal bu Hartati harus banting tulang, dengan penghasilan yang sangat sedikit bu Hartati harus membaginya untuk makan sehari-hari dan biaya sekolah sang anak yang akan masuk ke bangku sekolah SMA.

Bu Hartati merupakan seorang tunawicara, meski hanya dengan bahasa isyarat, bu Hartati terus memberikan dukungan dan semangat untuk anak laki-lakinya itu agar bisa melanjutkan pendidikan.

Disebuah rumah yang sangat sederhana, Bu Hartati hanya tinggal bersama sang putra. Jauh dari kata layak, rumah yang berdindingkan bilik itu sudah semakin lapuk termakan usia terlebih rumah yang mereka tempati pun tidak memilki kamar mandi sehingga harus pergi ke sungai atau menumpang pada tetangga.

Meski dengan keterbatasannya, bu hartati tidak pernah menyerah dengan keadaan, Ia terus berjuang demi menghidupi sang anak. Agar Ia bisa menggapai citai-citanya menjadi polisi.

pejuang kebaikan tentukan bukanlah suatu hal yang mudah, menghidupi anak seorang diri dengan segala keterbatasan dan kekurangan, namun Bu Hartati tidak pernah patah semangat.

Disclaimer:

Fundrising ini merupakan bagian dari program bantuan biaya hidup yang mana penghimpunannya akan di salurkan untuk pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat dhuafa. Dana yang terhimpun akan di salurkan untuk Ibu Hartati dan keluarga dhuafa lainnya.